Program Studi Antropologi (FISIP, UNTAD) menggelar seminar bertajuk “Diskusi Etnografi 2018, Antropologi Milenial Menjawab Tantangan Revolusi Industri 4.0.” di gedung aula fisip untad, Kamis (20/9/2018). Pada seminar ini hadir Prof. Dr. Irwan Abdullah, M.A. dari Departemen Antropologi FIB-UGM selaku pembicara kunci. Dan bapak M. Junaidi, S.Sos., M.A (ketua prodi antropologi untad) selaku moderator.
Dalam sambutannya bapak Junaidi memaparkan sosok Prof. Irwan secara subjektif selaku seseorang yang menurut beliau pribadi telah memiliki dampak banyak sebagai seorang dosen ataupun sebagai seorang antropolog melalui karya-karyanya yang terbilang cukup kritis dalam mengamati permasalah yang ada dan sebagai seorang etnografer beliau sangat memperhatikan dan menganalisis dengan seksama mengenai perkembangan dunia.
Prof. Irwan mengungkapkan bahwa sangat penting untuk kita dalam mempersiapkan diri menghadapi masa milenial sekaligus menjawab tantangan revolusi. Karena dunia akan terus berkembang, dan pergerakan manusia merupakan hal yang penting sehingga munculah beberapa istilah seperti Mobility is a must, yang berarti kita harus selalu bergerak. Pada era yang baru ini milenialisme (generasi yang memiliki kebebasan radikal) telah mengubah banyak paradigma normatif.
Sebenarnya hal tersebut tak luput dari pengaruh negara-negara adidaya yang terbagi dalam tiga gelombang peradaban sejak tahun 1500-an. Mulai dari Spanish Empire, British & French Colonialization, sampai US imperialism, yang telah mengubah banyak hal hingga mengantarkan kita pada revolusi 4.0. Tak luput juga beberapa negara-negara kuat yang ikut terjun seperti Cina dengan beberapa perdabannya yang terkenal seperti peradaban I-Tsing (kisaran tahun 678)
Tahap revolusi ini awalnya berkembang ketika imperialisme Amerika yang menjadi tonggaknya adalah munculnya industri-industri, sehingga pada revolusi 1.0. banyak orang yang menganggur akibat mekanisasi. Kemudian ada revolusi 2.0. merupakan revolusi yang bertumpu pada kekuatan listrik dan diteruskan hingga revolusi 3.0. yang berbasis pada kekuatan IT, hingga akhirnya sekarang dunia telah dikuasai oleh sistem Cyber/ virtuality.
Pada era milenial 4.0. ini terjadi distrupction besar-besaran, kebebasan manusia bisa kita anggap telah dirampok oleh mesin (internet), semua telah digantikan oleh virtualisme. Dan hal ini sangat berdampak pada kebudayaan manusia. Terjadinya deteritorialisasi yang membentuk global village serta manusia mulai tidak terampil bersosialisasi secara langsung. “Oleh karena itu hendaknya kita berusaha untuk menyikapi hal ini dengan bijak.” Tutur Prof. Irwan, ia berharap sebegai generasi muda Indonesia kita dapat bekerjasama untuk menghadapi era ini.
Sementara itu, dalam acara tersebut juga dihadiri oleh para dosen yang berasal dari IAIN Makassar, dan diharapkan acara seminar ini dapat menambah wawasan perserta didik mengenai kajian etnografi yang perlu kita implementasikan di era milenial.