Dekan FISIP UNTAD Lakukan Penandatanganan MoU dengan Kades Sekecamatan Sarjo

Penandatangan MoU antara Dekan dan Kades sekecamatan Sarjo disaksikan oleh Wakil Bupati Pasangkayu

FISIP UNTAD – Rabu (24/07) bertempat di Ruang Aula Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, penandatanganan MoU antara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako dengan pemerintah desa yang ada di Kecamatan Sarjo Kabupaten Pasangkayu disaksikan oleh Wakil Bupati Pasangkayu Drs. H. Muhammad Saal dan Wakil Rektor Bidang Pengembangan dan Kerjasama (Warek Banjas) Universitas Tadulako (UNTAD) Prof. Dr. Amar ST.,MT. Adapun desa yang melakukan penandatanganan MoU dengan Dekan FISIP adalah Nadjamuddin selaku Kepala Desa Letawa, Sukman selaku Kepala Desa Maponu, Suhardi selaku Kepala Desa Sarjo, dan Tanda selaku Kepala Desa Sarude.

Penandatanganan MoU ini juga disaksikan oleh Camat Sarjo dan masing-masing perwakilan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Adapun inti dari nota kesepahaman yang ditandatangani pada kesempatan itu adalah menyangkut Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat pada keempat desa yang ada di Kecamatan Sarjo Kabupaten Pasangkayu tersebut. Kerjasama ini disambut baik oleh semua pihak, baik oleh pemerintah maupun oleh pihak universitas.

Diskusi Etnografi Angkat Tema Kuliner

 

Seri Diskusi Etnografi

FISIP UNTAD – Selasa (23/07) Program Studi Antropologi FISIP Untad mengadakan Seri Diskusi Etnografi bertema Etnohistori dan Warisan Kolonial Kuliner di Indonesia Bagian Timur. Bertempat di Ruang Aula Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako, kegiatan ini dibuka oleh Dekan FISIP UNTAD Muhammad Khairil. Kegiatan ini menghadirkan tiga narasumber, diantaranya mahasiswa pascasarjana Cornell University Michael Kirkpatrick Miller, Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah Haliadi Sadi, dan perwakilan dari Museum Sulawesi Tengah Iksam Djahidin Djorimi.

 

Kegiatan ini dihadiri oleh kurang lebih seratus orang mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako. Meskipun salah satu nara sumber Michael Kirkpartick Miller merupakan warga negara asing, namun diskusi berlangsung baik, tanpa menggunakan translator. Hal ini dikarenakan Michael sudah cukup lama belajar bahasa Indonesia. Pada Jumat (19/07) yang lalu, saat berbincang di ruang Dekan FISIP, Michael mengaku bisa berbahasa Indonesia meskipun tidak sebaik orang Indonesia asli. Ia mengungkapkan kekagumannya terhadap kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia dan menyukai keramahtamahan masyarakat lokal. Selain keramahtamahan masyarakatnya, Indonesia juga kaya akan warisan kuliner yang masih terjaga hingga sekarang. Hal ini merupakan kebanggaan serta kekayaan yang harus dilestarikan.

 

 

Scroll to top