Haru Biru Yudisium Bersama Pertama Pasca Gempa

Pelataran Masjid Al-Ikhlas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako terlihat ramai saat dilaksanakannya kegiatan Yudisium Bersama Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada hari Rabu (7/11) kemarin. Kegiatan Yudisium Bersama ini merupakan yang pertama dilaksanakan sejak peristiwa gempa bumi, likuifaksi dan tsunami Palu-Sigi-Donggala menyusul kegiatan Wisuda Universitas Tadulako keesokan paginya, kamis (8/11).

Kegiatan Yudisium Bersama Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako ini terbilang unik, karena dilakukan secara semi-outdoor di pelataran Masjid Al-Ikhlas FISIP dengan reruntuhan gedung dekanat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako sebagai latar belakang. Keputusan tersebut dipilih menimbang faktor trauma dan kondisi aula FISIP yang masih kurang kondusif.

Meskipun dengan keterbatasan tersebut, para peserta antusias mengikuti prosesi Yudisium Bersama Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Pada kesempatan ini pula, Bapak Dr. Muhammad Nur Ali, M.Si. selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako menyampaikan apresiasi terhadap antusiasme peserta Yudisium Bersama ditengah-tengah kondisi lingkungan FISIP yang kurang kondusif dan sangat terbatas. Beliau juga menambahkan harapan agar lulusan FISIP dapat berkontribusi nyata membantu pemulihan Kota Palu dan sekitarnya pasca gempa.

Pada Yudisium Bersama kali ini, mahasiswa yang meraih predikat sebagai lulusan terbaik fakultas adalah Muhammad Aksyar yang berasal dari Program Studi Sosiologi dengan IPK 3,98. Kemudian lulusan tercepat diraih oleh Nianda Cahya Culiani, yang juga berasal dari Program Studi Sosiologi, dengan lama studi tiga tahun sembilan bulan tiga hari dan IPK 3,87 dengan predikat Yudisium Pujian. Yang terakhir predikat lulusan termuda yang diraih oleh Suci Fitrah Syari yang lulus pada usia 20 tahun sembilan bulan.

FISIP Selenggarakan Ujian Skripsi Perdana Pasca Gempa

Pasca bencana gempa, likuifaksi dan tsunami yang terjadi di Sulawesi Tengah pada Jumat (28/09) lalu, FISIP UNTAD kembali membuka pelayanan akademik. Setelah sebelumnya membuka pelayanan legalisir ijazah, trasnkrip nilai, dan akreditasi sejak minggu kedua Oktober, FISIP adakan Ujian Sksipsi mahasiswa untuk pertama kali pada Rabu (17/10). Bertempat di teras samping Masjid Al-Ikhlas FISIP Untad, Ujian Skripsi yang semestinya dilakukan secara tertutup, dilaksanakan secara terbuka.  Ujian ini mendapat sorotan karena dianggap sebagai langkah awal bangkitnya atmosfir akademik di FISIP usai bencana. Pada kesempatan itu Dekan bersama tim penguji serta sejumlah dosen dan mahasiswa yang hadir melakukan foto bersama untuk mengabadikan momen tersebut.

Dekan bersama jajarannya juga mengungkapkan bahwa tidak hanya ujian skripsi yang akan difasilitasi tetapi juga seminar proposal dan seminar hasil. Disamping itu, pelayanan pendaftaran KKN juga telah dibuka sebagaimana biasa. Setiap program studi di lingkup FISIP juga sudah dihimbau untuk membuka pelayanan di tingkat program studi. Pelayanan juga dilakukan sebagaimana biasa, yang membedakan hanya pada tempat pelaksanaan saja yang dikondisikan, hal ini dikarenakan sebagian gedung yang mengalami kerusakan. Namun, pihak Fakultas enggan menjadikan hal tersebut sebagai penghambat mahasiswa dalam menyelesaikan studi, sehingga dengan dibukanya layanan akademik sebagaimana biasa, diharapkan mahasiswa mulai kembali bersemangat untuk menyelesaikan studi.

Program Studi Antropologi Raih Akreditasi A

Program Studi Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako raih Akreditasi A setelah dilakukan visitasi reakreditasi pada Senin, 24 September 2018 lalu. Akreditas ini disahkan dengan Surat Keputusan dari BAN-PT dengan nomor SK BAN-PT No. 2737/SK/BAN-PT/Akred/S/X/2018. Akrediasi ini nantinya berlaku sejak 2 Oktober 2018 hingga 2 Oktober 2023.

Dr. Muhammad Nur Ali, M.Si. selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako sangat mengapresiasi tercapainya akreditasi A bagi salah satu program studi di wilayah fakultas yang diampunya. Beliau berharap dengan meningkatnya akreditasi Program Studi Antropologi ini menjadi awal bangkitnya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan kualitas akademik yang semakin terus meningkat dan memuaskan, terlebih lagi setelah kejadian bencana gempa bumi, tsunami dan likuifaksi yang melanda Kota Palu, serta beberapa bagian Donggala dan Sigi.

E-Journal KINESIK Raih Predikat SINTA-5

E-Journal Kinesik, yang berada di bawah naungan Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako, telah terdaftar dan terakreditasi sebagai jurnal yang terindeks pada peringkat lima SINTA (Science and Technology Indeks) Kemenristekdikti. Peringkat SINTA-5 ini diresmikan dengan pemberian sertifikat yang diwakili oleh Bapak Lukman sebagai perwakilan dari SINTA Kemenristekdikti. Selain e-Journal Kinesik, acara penyerahan sertifikat akreditasi jurnal ilmiah ini juga mengundang oleh jurnal Tadulako Law Review yang dikelola oleh Fakultas Hukum Universitas Tadulako.

Penyerahan sertifikat ini dilaksanakan di Ruang Rapat A Gedung Rektorat Lantai IV Universitas Hasanuddin, Makassar, yang dirangkaikan dengan diskusi dan pelatihan seputar manajemen jurnal dan penulisan artikel. Dalam kesempatan tersebut Bapak Lukman sebagai pembicara menekankan tentang beberapa poin penyalahgunaan atau misconduct dalam penulisan jurnal. Beberapa misconduct yang sering dilakukan adalah seputar plagiarism, penulisan gaya selingkung, kemutakhiran data, dan minimnya kaitan dengan sumber tulisan yang dikutip dengan jurnal yang ditulis. Selain adanya diskusi tersebut, juga dilaksanakan pelatihan pemanfaatan program manajemen sitasi (Mendeley) yang bertujuan untuk memudahkan para penulis dan peneliti untuk mencocokkan antara daftar pustaka dengan sitasi dalam artikel.

Motivasi Menulis melalui Workshop Kepenulisan Mahasiswa FISIP

Sabtu (22/9) pagi kemarin, Ruang Aula (Senat lama) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik terlihat ramai dipadati oleh civitas akademika yang menghadiri Workshop Kepenulisan Mahasiswa FISIP. Kegiatan yang diketuai oleh ibu Raisa Alatas, S.I.Kom., M.I.Kom., ini merupakan kegiatan tahunan yang ditujukan untuk meningkatkan motivasi mahasiswa untuk menulis dengan mengusung tema “Langitkan Karya di Bumi Tadulako”.

Workshop yang dihadiri oleh sekitar 200 orang ini dihadiri oleh beberapa pembicara, salah satunya adalahadalah Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, ibu Dr. Intam Kurnia, M.Si., yang membawakan materi bertemakan “Motivasi Inspiratif Mahasiswa”, Suci Fitrah Syari yang membawakan materi “Motivasi Inspiratif Kepenulisan”, dan Team Finalis Pimnas Untad 2018 yang membawakan tema “Giat dan Kiat Kepenulisan Karya Ilmiah”. Sanggar seni Kaktus FISIP juga menyajikan beberapa penampilan sebagai selingan rangkaian acara kegiatan yang dimulai dari pukul 08.00 hingga 17.00 WITA ini.

Ibu Dr. Intam Kurnia, M.Si. menjelaskan bahwa output kegiatan ini ditujukan untuk lomba kepenulisan FISIP Fair yang direncanakan akan diselenggarakan pada 28 Oktober 2018 mendatang. Output dari FISIP Fair tersebut kemudian akan dibimbing dan dipersiapkan untuk tahun depan. Sebelumnya, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik mengirimkan delapan tulisan pada kegiatan PKM yang salah satunya menjadi finalis namun belum lolos di kancah nasional.

Seminar Nasional: Cina dan Peradaban Nusantara

Puluhan mahasiswa perwakilan dari program studi antropologi Universitas Tadulako, Kamis (20/9/2018), pukul 15.00 WITA di aula UPT Museum Provinsi Sulawesi Tengah mengikuti seminar nasional dengan tajuk “Cina dan Peradaban Nusantara”.

Pada kegiatan tersebut, para mahasiswa diberi pencerahan, pengetahuan, motivasi diri, dan juga sharing mengenai budaya Cina serta pengaruh timbal balik antara Cina dan Nusantara khususnya Sulawesi, oleh dua orang pembicara ahli yaitu Drs. Iksam, M.Hum seorang arkeolog sekaligus pemerhati budaya Sulawesi Tengah dari Kementrian Kebudayaan dan juga oleh Bapak Rezza Maulana, M.A. seorang dosen, peneliti, sekaligus ICRS Universitas Gadjah Mada, dan Ranita S.Sos sebagai moderator.

Melalui seminar ini mahasiswa diharapkan lebih mengetahui tentang budaya Cina serta pengaruhnya terhadap kebudayaan Indonesia. Pada dasarnya sejarah kebudayaan Indonesia dan sejarah Indonesia itu sendiri sangat berbeda, karena jika  berbicara mengenai sejarah kebudayaan Indonesia maka kita akan membahas tentang kebudayaan dari awal sebelum terjadinya sejarah sampai akhir di masa sekarang ini. Sementara jika berbicara tentang pasal Cina maka kita akan mengulas tentang sejarah Indonesia pada masa periode sejarah, ungkap Bapak Iksam.

Mengulas tentang Cina tidak akan luput dari jenis bahasa yaitu Austronesia yang merupakan sebuah bahasa yang menjadi dasar sumber dari separuh bahasa di dunia, termasuk AsiaTenggara, Oseania, Madagaskar, Taiwan, Selandia Baru, Hawai, dan beberapa daerah lainnya. Wilayah Indonesia sendiri menempati tempat yang sangat penting dan strategis dalam studi tentang Austronesia di dunia. Dari keseluruhan suku-suku bangsa yang bertutur kelompok bahasa Austronesia yang tersebar di dunia, terdapat 80 % suku bangsa penuturnya mendiami kepulauan Indonesia.

Penelitian arkeologi dari berbagai situs budaya Austronesia di Indonesia menunjukkan bahwa pulau Sulawesi merupakan hunian tertua, semakin muda usianya kea rah timur hingga pasifik dan ke arah barat hingga ke Madagaskar. Salah satu warisan budaya Austronesia yang masih hidup di Indonesia adalah tradisi pembuatn kain kulit kayu di provinsi Sulawesi Tengah.  Sebagai hunian tertua muncul pemikiran bahwa Sulawesi merupakan asal nenek moyang bangsa Cina, (Stephen Oppenheimer (1998)). Jadi selain anggapan bahwa terdapat migrasi atau asal-usul orang Indonesia berasal dari Cina terdapat pula anggapan sebaliknya yang didasari atas hasil penelitian dari peninggalan-peninggalan purbakala yang terdapat di Sulawesi. Selain itu terdapat beberapa suku di Cina seperti suku Lanyu di Taiwan yang menggunakan bahasa mirip dengan suku Kaili di Palu. Serta adanya kebudayaan pembuatan perahu ataupun mummi raja-raja yang diwarnai merah putih, yang sejatinya merupakan warna bendera Indonesia.

Pada sebuah buku yang mengisahkan tentang Cheng Ho, seorang pengelana dari Cina mengatakan bahwa bukanlah Colombus yang menemukan dataran Amerika melainkan orang Cina yang menggunakan kartografinya dengan bantuan navigasi orang Indonesia, Master Bentun. Jadi Indonesia/ nusantara sejatinya telah berhubungan dengan bangsa Cina sejak jaman dahulu hingga sekarang, beberapa budaya sendiri pun telah melekat di Indonesia dan bukan lagi diklaim sebagai budaya Mainland Cina. “Bangsa Cina sendiri pun memiliki peranan besar bagi Indonesia, mereka tidak mempetak-petakkan diri melainkan mengakui bahwa lahir di Indonesia membuat mereka sendiri pun mengakui sebagai orang Indonesia.” Ujar bang Rezza sembari menunjukkan foto-foto mengenai bangsa Cina di Indonesia. Beberapa contoh perjuangan heroik oleh bangsa Cina dapat kita temukan pada beberapa tokoh seperti Laksamana Jhon Li yang berjuang bertempur di Manado. “Oleh karena itu hendaknya kita selalu menanamkan semboyan negara kita “Bhinneka Tunggal Ika”, karena walaupun kita berbeda-beda tapi kita tetaplah satu, yaitu Indonesia. “ tutup sang moderator, Ibu Ranita dalam akhir pemaparan materi.

 

Program Studi Antropologi Kembali Gelar Diskusi Etnografi

Program Studi Antropologi (FISIP, UNTAD) menggelar seminar bertajuk “Diskusi Etnografi 2018, Antropologi Milenial Menjawab Tantangan Revolusi Industri 4.0.” di gedung aula fisip untad, Kamis (20/9/2018). Pada seminar ini hadir Prof. Dr. Irwan Abdullah, M.A. dari Departemen Antropologi FIB-UGM selaku pembicara kunci. Dan bapak M. Junaidi, S.Sos., M.A (ketua prodi antropologi untad) selaku moderator.

Dalam sambutannya bapak Junaidi memaparkan sosok Prof. Irwan secara subjektif selaku seseorang yang menurut beliau pribadi telah memiliki dampak banyak sebagai seorang dosen ataupun sebagai seorang antropolog melalui karya-karyanya yang terbilang cukup kritis dalam mengamati permasalah yang ada dan sebagai seorang etnografer beliau sangat memperhatikan dan menganalisis dengan seksama mengenai perkembangan dunia.

Prof. Irwan mengungkapkan bahwa sangat penting untuk kita dalam mempersiapkan diri menghadapi masa milenial sekaligus menjawab tantangan revolusi. Karena dunia akan terus berkembang, dan pergerakan manusia merupakan hal yang penting sehingga munculah beberapa istilah seperti Mobility is a must, yang berarti kita harus selalu bergerak. Pada era yang baru ini milenialisme (generasi yang memiliki kebebasan radikal) telah mengubah banyak paradigma normatif.

Sebenarnya hal tersebut tak luput dari pengaruh negara-negara adidaya yang terbagi dalam tiga gelombang peradaban sejak tahun 1500-an. Mulai dari Spanish Empire, British & French Colonialization, sampai US imperialism, yang telah mengubah banyak hal hingga mengantarkan kita pada revolusi 4.0. Tak luput juga beberapa negara-negara kuat yang ikut terjun seperti Cina dengan beberapa perdabannya yang terkenal seperti peradaban I-Tsing (kisaran tahun 678)

Tahap revolusi ini awalnya berkembang ketika imperialisme Amerika yang menjadi tonggaknya adalah munculnya industri-industri, sehingga pada revolusi 1.0. banyak orang yang menganggur akibat mekanisasi. Kemudian ada revolusi 2.0. merupakan revolusi yang bertumpu pada kekuatan listrik dan diteruskan hingga revolusi 3.0. yang berbasis pada kekuatan IT, hingga akhirnya sekarang dunia telah dikuasai oleh sistem Cyber/ virtuality.

Pada era milenial 4.0. ini terjadi distrupction besar-besaran, kebebasan manusia bisa kita anggap telah dirampok oleh mesin (internet), semua telah digantikan oleh virtualisme. Dan hal ini sangat berdampak pada kebudayaan manusia. Terjadinya deteritorialisasi yang membentuk global village serta manusia mulai tidak terampil bersosialisasi secara langsung. “Oleh karena itu hendaknya kita berusaha untuk menyikapi hal ini dengan bijak.” Tutur Prof. Irwan, ia berharap sebegai generasi muda Indonesia kita dapat bekerjasama untuk menghadapi era ini.

Sementara itu, dalam acara tersebut juga dihadiri oleh para dosen yang berasal dari IAIN Makassar, dan diharapkan acara seminar ini dapat menambah wawasan perserta didik mengenai kajian etnografi yang perlu kita implementasikan di era milenial.

Regional Conference on Environmental Management 2018, Hasil Kerjasama FISIP Universitas Tadulako dengan Universiti Kebangsaan Malaysia

Regional Conference on Environmental Management 2018 yang diselenggarakan di Hotel Puri Pujangga, Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) pada hari kamis (30/8). Kegiatan yang merupakan buah kerjasama dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako, Environmental Management Society (EMS) Malaysia, dan Research Centre For Sustainability Science and Governance (SGK) Institute For Environment and Development (LESTASI) Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), memfokuskan pada permasalahan lingkungan, termasuk di dalamnya adalah lingkungan sosial.

Kegiatan ini diikuti oleh 50 orang peserta, dimana 22 orang merupakan civitas akademika Universitas Tadulako yang berasal dari berbagai Fakultas dan fokus studi. Selain dari Universitas Tadulako sendiri, terdapat pula peserta dari beberapa kota lain, seperti Makassar dan Luwuk. Konferensi ini dihadiri juga oleh peserta dari beberapa universitas di Malaysia, seperti Universiti Teknologi Malaysia dan Universiti Kebangsaan Malaysia sendiri.

Konferensi ini dihadiri Prof. Madya Dr. Kadir Arifin – Presiden, Persatuan Pengurusan Persekitran (EMS) Malaysia, Prof. Muhammad Rizal Razman – Universiti Kebangsaan Malaysia, dan Mohd. Hafis Hashim – Pengarah, Bank Simpanan Nasional (BSN), Negeri Selangor, dan Dr. Muhammad Nur Ali – Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako, sebagai pihak penyelenggara Regional Conference on Environmental Management 2018.

Pada kesempatan ini pula, pihak Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, yang diwakili oleh Dr. Muhammad Nur Ali, M.Si. selaku Dekan dan Dr. Muhammad Khairil, S.Ag., M.Si. selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, dan pihak Universiti Kebangsaan Malaysia, yang diwakili oleh Prof. Muhammad Rizal Razman, melakukan peningkatan kerja sama kolaborasi riset. Proyeksi luaran dari peningkatan kerja sama ini pada nantinya dikelompokkan menjadi tiga jenis luaran, yaitu: publikasi buku referensi, publikasi jurnal internasional dan konferensi tingkat internasional.

Perubahan Nama Ruangan dan Area di Lingkungan FISIP Universitas Tadulako

Diberitahukan kepada rekan-rekan civitas akademika Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako, bahwa dimulai pada semester ganjil 2018/2019, diberlakukan identitas baru pada bangunan dan area FISIP. Bagi rekan-rekan civitas akademika Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako, baik mahasiswa maupun staff/dosen, yang kebingungan mencari lokasi ruangan dengan identitas baru, berikut kami lampirkan denah bangunan baru, termasuk area dan ruangan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako.

Program Studi Antropologi Bersama KOMUNAL Persiapkan Mahasiswa Baru Melalui Kegiatan Penerimaan Mahasiswa Program Studi Antropologi

Dengan mengusung tema “Antropologi Tadulako“, Komunitas Mahasiswa Antropologi Universitas Tadulako (KOMUNAL) menyelenggarakan kegiatan Penerimaan Mahasiswa Program Studi Antropologi. Kegiatan yang tidak hanya dimaksudkan untuk mempererat tali silaturahmi antara civitas akademika Sosiologi dengan para mahasiswa baru ini, ditujukan untuk memberikan informasi dan pemahaman lebih detail mengenai proses perkuliahan dan kehidupan kampus di lingkungan FISIP , khususnya di lingkungan Program Studi Antropologi.

Pada kegiatan yang dilaksanakan selama dua hari (Jum’at – Sabtu, 24-25 Agustus 2018) di Ruang Senat Lama Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako ini, mahasiswa baru diberikan materi mengenai kurikulum, visi misi program studi, perkenalan dengan dosen dan staff program studi, pengisian KRS dan pengantar perkembangan keilmuan dan terapan Antropologi.

Posts navigation

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Scroll to top